Sunday, August 7, 2011

Apa Saja Bentuk Puncak atau Pita Dalam Kromatografi?

Untuk pemisahan yang ideal, puncak dalam kromatogram berbentuk kurva Gaussian.



Ketidaksimetrisan puncak dapat disebabkan baik oleh pengaruh instrumental kromatografi yang dipakai maupun sistem kromatografi yang digunakan. Ketidaksimetrisan bentuk puncak akibat sistem instrumentasi yang dipakai dapat diminimalkan, sedangkan ketidaksimetrisan akibat sistem kromatografi yang digunakan tidak selalu dapat dihindari. Ketidaksimetrisan puncak yang bersumber dari sistem kromatografi disebabkan oleh efek mekanis; misalnya susunan celah dalam fase diam dan volume ekstrakolom yang berlebihan, serta kesetimbangan isotermis.

Bentuk distorsi yang paling umum adalah skewness (bagian depan  puncak lebih tajam daripada bagian belakang puncak) dan tailing (bagian belakang puncak memanjang jika dibandingkan dengan bagian depan puncak).

Kebanyakan teori analisis pemisahan kromatografi berdasarkan pada model isotermis linier dimana komposisi solut dalam fase diam dan fase gerak proporsional dan dikarakterisasi oleh konstanta distribusi yang tidak tergantung oleh besarnya sampel dan komposisi sampel.

Puncak yang dihasilkan dari model kromatografi linier adalah simetris yang ditunjukkan dengan kurva yang berbentuk distribusi normal. Lebar zona kromatografi proporsional terhadap retensi dan dapat diamati langsung dari bentuk puncak tersebut. Besarnya pengaruh sistem kromatografi pada pelebaran puncak (lebar puncak) ditunjukkan oleh jumlah lempeng teoritis, N. Pada distribusi normal, jumlah lempeng teoritis sama dengan (tRt)2, dimana tR adalah waktu retensi dan σt adalah standar deviasi puncak dalam satuan menit. Untuk membandingkan kualitas kolom satu dengan yang lainnya, dapat digunakan parameter tinggi lempeng teoritis, H, yang dapat dihitung dengan membagi panjang kolom dengan N.

Kromatografi nonlinier (jadi merupakan kesetimbangan nonlinier atau isotherm nonlinier) menghasilkan bentuk puncak yang tidak simetris. Kesetimbangan non linier meliputi kesetimbangan Langmuir dan kesetimbangan anti-Langmuir. Dalam hal ini konsentrasi komponen dalam fase diam pada saat kesetimbangan tidak lagi sebanding dengan konsentrasi solut dalam fase gerak. Bentuk puncak dan waktu retensi akan tergantung pada komposisi dan jumlah sampel.

Kesetimbangan Langmuir (Langmuir isotherm) sering teramati dalam interaksi adsorpsi pada permukaan dengaan distribusi energi yang tidak seragam pada permukaan adsorpsi dengan konstanta laju asosiasi/disosiasi yang tidak sesuai. Pada penjerap dengan permukaan lapisan tunggal (monolayer coverage); kesetimbangan Langmuir dihasilkan jika interaksi solute-fase diam lebih kuat dibandingkan dengan interaksi antara solute-solut. Karena interaksi antar solut lebih lemah, terbentuknya lapisan tunggal, menyebabkan menurunnya sorpsi meskipun konsentrasi dalam solut ditingkatkan. 

Kesetimbangan tipe anti-Langmuir lebih umum terjadi dalam sistem kromatografi partisi yang terjadi jika interaksi solut-fase diam relatif lebih lemah jika dibandingkan dengan interaksi antar solut. Kondisi seperti ini juga umum terjadi pada kromatografi preparatif.

No comments:

Post a Comment