Tuesday, January 17, 2012

Dandelion

Alkisah seorang pemuda menanam tanaman-tanaman bunga yang indah di tamannya. Tetapi pada saat tanaman-tanaman bunganya itu berbunga, tampak dandelion-dandelion yang ikut berbunga, yang tidak ia tanam, tumbuh menyebar hampir di seluruh taman bunganya, disela-sela tanaman bunga yang ia tanam.
Ia bersedih, dengan harapan besar untuk dapat membasmi dandelion yang tumbuh di tamannya, ia mengkonsultasikan masalahnya ke tukang-tukang taman. Dia bertanya baik kepada tukang taman yang amatiran sampai yang ahli, yang tinggal dekat dari taman yang dia buat maupun dari tempat jauh. Alhasil, petunjuk maupun metode-metode yang disarankan oleh tukang-tukang taman itu tidak ada yang berhasil.

Akhirnya, ia mengunjungi istana kerajaan untuk mencari seorang penasehat taman yang bijak yang mengurusi taman-taman di kerajaan itu. Setelah pemuda itu berhasil menemui penasehat taman itu dan mendapatkan saran-saran, pemuda itu pulang dan mempraktekkan semua saran yang ia terima. Namun tidak ada satupun saran yang berhasil. Ia kembali lagi ke istana, dan meminta saran kembali, dan melakukan saran yang ia terima. Demikian terus, namun tiada hasil.

Mereka berdua menjadi bersedih karena gagal mengatasi permasalahan pemuda itu. Penasehat taman kerajaan itu akhirnya berkata pada pemuda itu: “Baiklah, sekarang tidak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk membasmi dandelion-dandelion itu, saran terakhir yang dapat aku berikan kepadamu adalah: belajarlah untuk menyayangi dandelion-dandelion itu dan biarlah mereka juga turut mempercantik taman bungamu.”

Leonard Cohen: Ring the bells that stil can ring, forget your perfect offering; there is a crack in everything, that’s how the light get in.

No comments:

Post a Comment